Perihalmu, Rinjani. (80)
Menepi di pinggir jalan, menyeruput teh yang membuat lidah candu. Satu hal yang membuatku nyaman disini, laju angin berdesis melewati ku begitu saja ketika duduk manis di kedai tepi jalan. Seakan-akan sang angin hanya lewat saja tanpa menepi bersamaku. Layaknya kamu, Rinjani. Semakin bertarung dengan waktu, seakan-akan bahwasanya kamu hanya sekedar tokoh yang aku kagum. Namun, tak dapat kumiliki. Salahnya, selama 3 tahun hatiku telah kau kunci dalam dirimu. Cukup menyebalkan, namun itulah kenyataannya.
Komentar
Posting Komentar