Perihalmu, Rinjani. (60)
Kenapa selalu begitu, Rinjani? Kau selalu saja seolah-olah memberiku harapan istimewa. Dan selalu saja aku menganggap itu adalah harapan spesial untukku. Padahal, yang kau berikan itu hanyalah harapan semu semata, tak berarti bagimu, dan selalu bermakna bagiku. Aku tau, kau hanya menganggapku sebatas bagian dari kisah hidupmu yang tak terlalu penting untuk kau ceritakan ke semua orang. Dan aku tau, untuk sekarang, kau enggan menggenggam tanganku. Tapi, untuk yang akan datang, kau dan aku akan saling menggenggam.
Komentar
Posting Komentar