Darimu, dan Bukan Untukku

Sekali lagi bersua dengan sudut pandang yang sama. Melihatmu yang kini bahagia, membuatku sadar kita sudah sampai pada akhirnya.

Beberapa waktu lalu saat kita hampir menjadi satu, aku membawamu pada sisi idealisku yang mungkin menjadi alasan mengapa angka itu batal menjadi satu.

Mungkin saja karena aku terlalu idealis untukmu yang realistis, membuat kisah kita batal menjadi fantastis. 

Aku yang selalu tetap berdiri tegak jika hujan menyapa, berbanding terbalik dengan dirimu yang cepat-cepat mencari tempat untuk mengabaikan sapaannya. 

Karena itulah kisah kita gagal fantastis, dan angka yang hampir satu itu kembali terpecah seperti semula.

Karena dibanding berjalan menghadapi hujan bersamaku, kamu lebih memilih rangkulan hangat dalam payungnya. 

Tibalah pada konklusi : kamu bukanlah orang yang tepat untuk petualanganku. 

Ah, sayang sekali, ya. Kamu bukan orangnya. Tapi biarlah, sesayang-sayangnya, tak ada lagi tempat untukmu di sebelahku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

//

//