Perihalmu, Rinjani. (9)
Rinjani, apakah kamu ingat? Selepas hujan waktu itu? Aku yang tipikal pluviophile sedang menikmati aroma hujan di teras, dan tiba-tiba kamu yang keluar dari kelas memecahkan konsentrasiku waktu itu. Ya, pandanganku terarahkan padamu. Waktu itu, kamu membuat perahu kertas yang siap di lepas layarkan di selokan depanku. Lalu, aku menghampirimu dan bertanya. Tentunya bertanya apa yang kamu lakukan.
Setelah kamu menjawab, entah kenapa aku yang orangnya tipikal cuek terhadap sesuatu tiba tiba begitu peduli dengan apa yang kamu lakukan. Meskipun hanya melayarkan perahu kertas yang tak urung basah itu.
Entah kenapa tiba tiba tubuhku mengikutimu dan sama-sama memperhatikan perahu kertas itu. Aku dan kamu berhadapan dan berseberangan, diiringi perahu kertas yang terus hanyut mengikuti arus selokan. Ditambah suasana selepas hujan yang selalu aku suka, ditambah pula sedikit obrolan mungil kita berdua, aroma tanah yang menghiasi suasana nan dingin, membuat peristiwa itu membekas di hatiku, Rinjani...
Meskipun hanya 5 menit. Ataupun hanya 5 menit sekali seumur hidupku... Yang jelas, aku masih ingat perasaan itu. Perasaan yang entah bagaimana didefinisikan. Tapi sayangnya, waktu itu aku tak mengakui perasaan itu... Sialan.
Komentar
Posting Komentar