Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2020

Seharusnya.

Andaikan kata 'daring' dihapus dari bumi, dan diganti dengan kata 'bertemu' maka semuanya tak tampak sedikit asing. Di penghujung tahun, harusnya ini mimpi tahun bagiku. Lomba sekolah yang selalu membangun sportivitas. Potensi-potensi teman mulai bermunculan. Dan aku selalu mengikuti lomba dan diiringi pandangan mata yang dilihat olehnya. Hm, ternyata benar, jika kau diperhatikan oleh seorang yang kau cintai, maka apapun didunia ini akan terasa ringan. Katanya sih begitu...  . 0.38

Penat.

Heehhh, Rasanya, kata daring sudah bersarang dikepala. Diiringi dengan logika bertubi, rasa yang stress, dan perasaan yang tak tahu arah kemana.. Kini, Sekolah daring, ujian tetap daring... Jika begini terus adanya, maka kematian akan dilaksanakan secara daring sepertinya.  . . 9.31

Menikmati.

Sekarang, penghujung November telah senyap. Detik ini, peng-awal Desember menjumpai. Saya selalu menyukai bulan ini. Bulan dimana para pluviophille menikmati sensasiny. Bersenang-senang tat kala cuaca dingin. Bernikmat-nikmat tat kala udara menyejuk. Tersenyum kala otak mengingat masa lalu. Dan bertukar hembus dengan semerbak bau tanah tempat kau tinggal. Ahh, nikmatnya.. . 9.27

Perihalmu, Rinjani. (5)

Serasa bagian besar dirimu menerpa terhadap diriku. Aku tahu aku tak lebih. Hanya saja, yang membuat rumit itu adalah diriku sendiri yang beranggapan bahwa kamu itu lebih. . 0.23

Perihalmu, Rinjani. (4)

Detik ini, aku lagi-lagi menyampaikan keluh kesah dan isi hati tentang hidupku. Tapi untuk bagian ini, aku cuma ingin mengucapkan kurang dari selusin kata untukmu.  "Selamat tidur, Rinjani." Aku berharap kamu memimpikan aku lewat mimpimu, tapi peranku protagonis ya, Rinjani.  Ah sudahlah... Orang gabut ya begini. Kalau tidak bisa tidur ya kerjaannya berfikir, berhalu, dan berharap. Menyebalkan... . 0.47

Pelajaran.

Pak, buk. Aku sudah dewasa. Usiaku juga bertambah. Tapi, mengapa teman ku berkurang? Mengapa orang disekitarku itu itu saja? Dan mengapa sulit menemukan orang sejalan dalam hidup? Bila ada, itupun harus berjarak. Ah, sekonyol ini ternyata bertambah umur.  . 00.37

Gundah

Hampa, kosong, bosan, lelah, suntuk. Ah sudahlah, kalau disebutkan semua entah berapa ratus kata yang akan keluar.  Mengingat rutinitas yang kini kian tidak jelas, ditambah kecemasan dalam memikirkan impian cita cita, lalu dilanda kisah perasaan gundah gulana tentang seseorang. Rasanya sulit mendapat kepuasan hati. Padahal, hanya saja kita yang kurang besyukur.  Perbanyak bersyukur yaa...  . 0.31

Perihalmu, Rinjani. (3)

Tak apa detik ini rasa kita tak sama. Mungkin butuh jutaan detik lagi untuk kau dan aku dapat bersama.  . 0:47

Perihalmu, Rinjani. (2)

Jujur, meskipun keraguan kerap datang, tetapi harapan selalu tercipta menerka. Rinjani.  . 11.7

Perihalmu, Rinjani.

Kononnya, Rinjani banyak berubah. Tetapi perasaan ini terhadap Rinjani tidak.  ~ . 1 8.20

Perasaan Berkelana

Rasa bosan, jenuh, letih tak jarang menghampiri kepala dan perasaan. Apalagi di kota. Seandainya kamu, kita, aku, bisa tau kapan bebas dari tahanan kota, maka saya akan memasukkan baju kedalam tas dan menunggu kapan waktunya tiba. Dan tentunya menyambut datangnya dunia perkelanaan. Entah kapan kesempatan itu tiba, ataupun entah kesempatan itu tiada... Yang pastinya perasaan itu, sekarang, perasaan berkelana telah menghantui rasa dan otak saya. Semoga, perasaan ini tetap abadi sampai tiba waktunya.  . after rain 16.53